Para pemilik hotel dan penginapan di Kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, berbenah menyambut tamu menjelang pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-24 Tingkat Provinsi Maluku 21-28 Mei mendatang.
"Sekitar 3.000 tamu dari sepuluh kabupaten/kota akan datang ke Dobo sehingga membutuhkan kamar untuk menginap dan kami perlu menambah ruangan," kata Anyong, pemilik Penginapan Suasana Baru yang dihubungi dari Ambon, Rabu.
Lokasi penginapan yang terletak di atas laut itu sangat strategis karena berhadapan langsung dengan lapangan upacara Yos Soedarsi Dobo yang akan menjadi tempat penyelenggara MTQ.
Di Dobo terdapat empat hotel dan 12 penginapan.
Sebelum pelaksanaan MTQ, banyak tamu yang telah memesan kamar untuk kegiatan kunjungan Menteri PDT ke Kepulauan Aru dalam rangka kegiatan Rakor Percepatan Pembangunan Daerah Perbatasan (P2DP) di sini, kata Vony, salah satu pegawai penginapan di Dobo.
Kepala Kecamatan Pulau-Pulau Aru Gabriel El mengatakan sudah membuat surat imbauan kepada seluruh warga Kota Dobo dan sekitarnya untuk menyukseskan dua kegiatan besar itu dengan mengurangi penjualan minuman beralkahol.
"Surat imbauan yang dibacakan ke seluruh penjuru kota menggunakan mobil penerangan, dimaksudkan agar penjualan minuman tradisional beralkahol seperti sopi dibatasi dan menjaga situasi keamanan hingga kegiatan Menteri PDT maupun MTQ aman dan sukses," katanya.
WELCOME
INI ADALAH BLOG BAGI SEMUA KALANGAN YANG MENCINTAI KEINDAHAN WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN SEMOGA BERMANFAAT BUAT SEMUANYA.....MERDEKA...!!!!
Friday, May 20, 2011
Pemprov Malut Bangun Tiga Dermaga di Morotai
Pemerintah Perovinsi Maluku Utara (Malut) akan membangun tiga dermaga di Kabupaten Morotai pada tahun 2011 sekaligus untuk mensukseskan agenda Sail Indonesia di Morotai tahun 2012 mendatang.
"Kita fokuskan pembangunan dermaga di Morotai, karena kabupaten yang baru dimekarkan itu berada di daerah perbatasan dan tempat berlangsungnya Sail Indonesia di Morotai," kata Kadishub Malut, Umar H Hasan di Ternate, Sabtu.
Menurutnya, saat ini kabupaten yang baru dimekarkan akan mendapat perhatian serius dari pemerintah, begitu pula daerah yang berada di perbatasan, sehingga Morotai sangat layak untuk diperhatikan.
Pembangunan tiga dermaga di Morotai dianggarkan melalui APBD tahun 2011 senilai Rp2,1 miliar, akan tetapi, dananya juga terserap melalui APBN yang difokuskan untuk menunjang aktivitas masyarakat melalui transportasi laut.
Ia mengatakan, lokasi tersebut merupakan rute pelayaran para peserta dari mancanegara yang akan berlayar menuju ke Pulau Morotai, selain itu, pembangunan dermaga ini merupakan keinginan masyarakat.
Sejumlah infrastruktur penunjang di Kabupaten Morotai akan tetap menjadi perhatian untuk suksesnya Sail Indonesia di Morotai. Untuk itu, Pemprov Malut akan membangun dermaga di kawasan Dodola, Posi-Posi dan Bere-Bere.
Ketiga lokasi ini dianggap strategis untuk menjadi dermaga yang representative bagi para peserta Sail Indonesia berkunjung ke Pulau Morotai. Selain itu, dermaga ini nantinya digunakan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
"Pemprov Malut juga memberi perhatian di sejumlah kabupaten/kota di Malut, seperti Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Barat dan Kepulauan Sula tahun ini juga akan dibangun dermaga laut
"Kita fokuskan pembangunan dermaga di Morotai, karena kabupaten yang baru dimekarkan itu berada di daerah perbatasan dan tempat berlangsungnya Sail Indonesia di Morotai," kata Kadishub Malut, Umar H Hasan di Ternate, Sabtu.
Menurutnya, saat ini kabupaten yang baru dimekarkan akan mendapat perhatian serius dari pemerintah, begitu pula daerah yang berada di perbatasan, sehingga Morotai sangat layak untuk diperhatikan.
Pembangunan tiga dermaga di Morotai dianggarkan melalui APBD tahun 2011 senilai Rp2,1 miliar, akan tetapi, dananya juga terserap melalui APBN yang difokuskan untuk menunjang aktivitas masyarakat melalui transportasi laut.
Ia mengatakan, lokasi tersebut merupakan rute pelayaran para peserta dari mancanegara yang akan berlayar menuju ke Pulau Morotai, selain itu, pembangunan dermaga ini merupakan keinginan masyarakat.
Sejumlah infrastruktur penunjang di Kabupaten Morotai akan tetap menjadi perhatian untuk suksesnya Sail Indonesia di Morotai. Untuk itu, Pemprov Malut akan membangun dermaga di kawasan Dodola, Posi-Posi dan Bere-Bere.
Ketiga lokasi ini dianggap strategis untuk menjadi dermaga yang representative bagi para peserta Sail Indonesia berkunjung ke Pulau Morotai. Selain itu, dermaga ini nantinya digunakan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
"Pemprov Malut juga memberi perhatian di sejumlah kabupaten/kota di Malut, seperti Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Barat dan Kepulauan Sula tahun ini juga akan dibangun dermaga laut
Pemkot Ambon - ILO Gelar Lokakarya Pengembangan Wisata
Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon bekerja sama dengan lembaga Buruh internasi0nal (International Labour Organization-ILO) menggelar lokakarya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
"Kami bekerja sama dengan ILO untuk menggelar Lokakarya yang disasarkan untuk membangun kemitraan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata berbasis Masyarakat," kata Kadis Pariwisata Kota Ambon, Marthen Keiluhu, di Ambon, Senin.
Menurutnya, kegiatan ini digelar untuk memetakan potensi wisata di kecamatan Leitimur Selatan, kota Ambon dan meningkatkan program pengembangan wisata di ibu kota provinsi Maluku itu.
"Kecamatan Leitimur Selatan memiliki potensi wisata menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara, tetapi potensi wisata ini belum dikenal masyarakat," katanya.
Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste, Peter Van Rooij , mengatakan, pihaknya bersama masyarakat Leitimur Selatan telah mendata sedikitnya 69 potensi wisata yang dapat dikembangkan melalui sejumlah program aksi bersama.
Program yang akan dilakukan diantaranya melalui pendekatan makro yakni dengan peningkatan kebijakan, promosi dan koordinasi serta pendekatan pemberdayaan masyarakat.
"Pariwisata harus dikembangkan secara terpadu antara pemerintah, dunia usaha serta masyarakat dan harus dimulai dari sekarang. Kita membutuhkan waktu untuk membangun pemahaman positif mengenai daerah ini," katanya.
Van Rooij mencontohkan ILO berhasil mengembangkan potensi pariwisata di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD) dan kota Malang (Jatim) dengan menggalang kerja sama antara kelompok masyarakat, perbankan, dunia usaha dan investor luar negeri.
Berdasarkan pengalaman tersebut, pihaknya optimis hal yang sama dapat dilakukan di Ambon dengan melibatkan pasrisipasi masyarakat untuk mengelola potensi pariwisata dan mengubah perilaku serta kebiasaan merusak lingkungan.
"Masalah sampah bisa menjadi dampak buruk bagi dunia pariwisata di Ambon maupun Maluku secara keseluruhan, padahal daerah ini memiliki potensi budaya, seni, alam dan tempat penyelaman yang menarik. Masyarakat perlu menciptakan kondisi kondusif serta menjaga kebersihan dan kenyamanan di lokasi wisata," kata Rooij.
Beberapa objek wisata di Kecamatan Leitimur Selatan yang menarik dikunjungi wisatawan yakni pantai Hukurila yang merupakan kawasan wisata bawah laut serta pantai Lawena di desa Hutumuri.
"Kami bekerja sama dengan ILO untuk menggelar Lokakarya yang disasarkan untuk membangun kemitraan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata berbasis Masyarakat," kata Kadis Pariwisata Kota Ambon, Marthen Keiluhu, di Ambon, Senin.
Menurutnya, kegiatan ini digelar untuk memetakan potensi wisata di kecamatan Leitimur Selatan, kota Ambon dan meningkatkan program pengembangan wisata di ibu kota provinsi Maluku itu.
"Kecamatan Leitimur Selatan memiliki potensi wisata menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara, tetapi potensi wisata ini belum dikenal masyarakat," katanya.
Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste, Peter Van Rooij , mengatakan, pihaknya bersama masyarakat Leitimur Selatan telah mendata sedikitnya 69 potensi wisata yang dapat dikembangkan melalui sejumlah program aksi bersama.
Program yang akan dilakukan diantaranya melalui pendekatan makro yakni dengan peningkatan kebijakan, promosi dan koordinasi serta pendekatan pemberdayaan masyarakat.
"Pariwisata harus dikembangkan secara terpadu antara pemerintah, dunia usaha serta masyarakat dan harus dimulai dari sekarang. Kita membutuhkan waktu untuk membangun pemahaman positif mengenai daerah ini," katanya.
Van Rooij mencontohkan ILO berhasil mengembangkan potensi pariwisata di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD) dan kota Malang (Jatim) dengan menggalang kerja sama antara kelompok masyarakat, perbankan, dunia usaha dan investor luar negeri.
Berdasarkan pengalaman tersebut, pihaknya optimis hal yang sama dapat dilakukan di Ambon dengan melibatkan pasrisipasi masyarakat untuk mengelola potensi pariwisata dan mengubah perilaku serta kebiasaan merusak lingkungan.
"Masalah sampah bisa menjadi dampak buruk bagi dunia pariwisata di Ambon maupun Maluku secara keseluruhan, padahal daerah ini memiliki potensi budaya, seni, alam dan tempat penyelaman yang menarik. Masyarakat perlu menciptakan kondisi kondusif serta menjaga kebersihan dan kenyamanan di lokasi wisata," kata Rooij.
Beberapa objek wisata di Kecamatan Leitimur Selatan yang menarik dikunjungi wisatawan yakni pantai Hukurila yang merupakan kawasan wisata bawah laut serta pantai Lawena di desa Hutumuri.
Disbudpar Maluku akan Perbaiki Fasilitas Objek Wisata
Dinas Kebudayaan dan Periwisata (Disbudpar) Maluku akan memperbaiki sejumlah fasilitas objek wisata di antaranya yang terdapat di pantai Liang, Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan pantai Namalatu, Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.
"Fasilitas di Pantai Liang dan Namalatu yang rusak akan diperbaiki. Kami juga akan menyediakan sarana bermain untuk anak-anak," kata Kepala Disbudpar Maluku, Florence Sahusilawane kepada ANTARA di Ambon, Sabtu.
Ia menjelaskan, penyediaan fasilitas tersebut dimaksudkan guna menambah daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi dua objek wisata pantai tersebut sebagai penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata di Maluku.
"Banyak sumber PAD yang belum digarap dengan maksimal dan menjadi tantangan bagi kami. Kami akan memfokuskan penyediaan dan perbaikan sarana serta fasilitas sejumlah objek wisata di tahun-tahun mendatang," katanya.
Sahusilawane mengakui, kinerja pihaknya belum optimal kendati realisasi PAD dari sektor pariwisata tahun 2010 telah melampaui target yakni Rp196 juta dari target yang ditetapkan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Maluku sebesar Rp183 juta.
"Tahun lalu PAD kami Rp160 juta dan melampui target Rp150 juta. Tetapi ini belum bisa dianggap optimal jika angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) bisa mencapai 12.000 orang seperti yang pernah dicapai sebelum konflik sosial terjadi 1999 lalu," katanya.
Ia menambahkan, jumlah kunjungan wisman di Maluku hingga akhir November 2010 telah mencapai 9.400 orang, wisatawan nusantara sebanyak 20.000 orang, sedangkan wisatawan lokal (warga dari berbagai daerah di Maluku) yang mengunjungi objek-objek wisata mencapai 17.000 orang.
"Jika semakin banyak wisman, wisatawan nusantara dan lokal yang berkunjung, maka PAD akan terus meningkat dan memiliki efek ganda terhadap perkembangan dan peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar objek wisata," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya akan serius dan lebih selektif membidik pasar wisata yang disesuaikan dengan tren kunjungan wisatawan mancanegara di tanah air.
"Fasilitas di Pantai Liang dan Namalatu yang rusak akan diperbaiki. Kami juga akan menyediakan sarana bermain untuk anak-anak," kata Kepala Disbudpar Maluku, Florence Sahusilawane kepada ANTARA di Ambon, Sabtu.
Ia menjelaskan, penyediaan fasilitas tersebut dimaksudkan guna menambah daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi dua objek wisata pantai tersebut sebagai penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata di Maluku.
"Banyak sumber PAD yang belum digarap dengan maksimal dan menjadi tantangan bagi kami. Kami akan memfokuskan penyediaan dan perbaikan sarana serta fasilitas sejumlah objek wisata di tahun-tahun mendatang," katanya.
Sahusilawane mengakui, kinerja pihaknya belum optimal kendati realisasi PAD dari sektor pariwisata tahun 2010 telah melampaui target yakni Rp196 juta dari target yang ditetapkan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Maluku sebesar Rp183 juta.
"Tahun lalu PAD kami Rp160 juta dan melampui target Rp150 juta. Tetapi ini belum bisa dianggap optimal jika angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) bisa mencapai 12.000 orang seperti yang pernah dicapai sebelum konflik sosial terjadi 1999 lalu," katanya.
Ia menambahkan, jumlah kunjungan wisman di Maluku hingga akhir November 2010 telah mencapai 9.400 orang, wisatawan nusantara sebanyak 20.000 orang, sedangkan wisatawan lokal (warga dari berbagai daerah di Maluku) yang mengunjungi objek-objek wisata mencapai 17.000 orang.
"Jika semakin banyak wisman, wisatawan nusantara dan lokal yang berkunjung, maka PAD akan terus meningkat dan memiliki efek ganda terhadap perkembangan dan peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar objek wisata," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya akan serius dan lebih selektif membidik pasar wisata yang disesuaikan dengan tren kunjungan wisatawan mancanegara di tanah air.
Disbudpar Malteng Dorong Pengembangan Wisata Pulau Pombo
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Maluku Tengah (Malteng) mendorong pengusaha yang berminat mengembangkan potensi wisata Pulau Pombo dengan ketentuan menjaga kelestarian cagar wisata alam tersebut.
Kepala Disbudpar Malteng, Mansyur Tawainela, ketika dihubungi ANTARA dari Ambon, Kamis, mengatakan, pihaknya siap memberi fasilitasi dan rekomendasi kepada investor yang berminat mengembangkan pulau Pombo menjadi tujuan wisata alam maupun bahari.
"Pulau Pombo memiliki panorama alam dan bawah laut yang indah sehingga wisatawan pasti kerasan bila mengunjunginya," ujarnya.
Pulau Pombo berada di bagian Timur Kota Ambon dan secara geografis dekat dengan desa Liang, Waai dan Tulehu, Kecamatan Salahutu, pulau Ambon serta desa Kailolo, pulau Haruku, kabupaten Malteng.
Jarak dari Kota Ambon ke Liang sekitar 40 kilometer.
Dari Liang, pengunjung harus menggunakan speedboat atau perahu tradisional untuk bisa menyeberang ke pulau Pombo.
Pombo berasal dari bahasa Portugis yang artinya merpati.
Mansyur mengatakan, pengembangan pulau Pombo menjadi objek wisata juga harus mendapatkan izin Menteri Kehutanan Zukifli Hasan karena statusnya sebagai cagar alam.
"Kami siap memberikan rekomendasi ke Menhut sekiranya investor telah menyelesaikan berbagai persyaratan, termasuk pendekatan dengan warga desa Liang, Waai, Tulehu dan Kailolo sehingga berperanserta dalam menyuksekan pengembangan wisata di pulau Pombo," katanya.
Informasi yang dihimpun ANTARA, seorang investor dari Jakarta berminat mengembangkan pulau Pombo menjadi daerah tujuan wisata.
Tim dari investor tersebut sedang melakukan sosialisasi kepada masyarakat di desa Liang, Waai, Tulehu dan Kailolo.
Investor memrogramkan pembangunan cotage dengan tetap memelihara kelestarian cagar alam, mengembangkan paket wisata alam maupun bahari serta bersedia menunjang upaya pelestarian budaya masyarakat setempat.
Pulau Pombo yang merupakan kawasan konservasi juga merupakan tempat singgah dan bersarang salah satu jenis burung khas/endemik Maluku yaitu burung Pombo (Ducula bicolor) dan berbagai jenis burung lainnya.
Sejenis Burung Kuntul sering tampak singgah dan mencari makan di sekitar pulau pombo. selain itu juga pulau Pombo merupakan tempat singgah burung migran dan berbagai jenis burung lainnya.
Selain itu di pulau Pombo juga pernah ditemukan tempat mendarat penyu yang diduga jenis Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata) dan Penyu Hijau.
Terkadang, pada waktu tertentu, pulau itu juga menjadi tempat singgah burung migran termasuk Pelikan Australia.
Kepala Disbudpar Malteng, Mansyur Tawainela, ketika dihubungi ANTARA dari Ambon, Kamis, mengatakan, pihaknya siap memberi fasilitasi dan rekomendasi kepada investor yang berminat mengembangkan pulau Pombo menjadi tujuan wisata alam maupun bahari.
"Pulau Pombo memiliki panorama alam dan bawah laut yang indah sehingga wisatawan pasti kerasan bila mengunjunginya," ujarnya.
Pulau Pombo berada di bagian Timur Kota Ambon dan secara geografis dekat dengan desa Liang, Waai dan Tulehu, Kecamatan Salahutu, pulau Ambon serta desa Kailolo, pulau Haruku, kabupaten Malteng.
Jarak dari Kota Ambon ke Liang sekitar 40 kilometer.
Dari Liang, pengunjung harus menggunakan speedboat atau perahu tradisional untuk bisa menyeberang ke pulau Pombo.
Pombo berasal dari bahasa Portugis yang artinya merpati.
Mansyur mengatakan, pengembangan pulau Pombo menjadi objek wisata juga harus mendapatkan izin Menteri Kehutanan Zukifli Hasan karena statusnya sebagai cagar alam.
"Kami siap memberikan rekomendasi ke Menhut sekiranya investor telah menyelesaikan berbagai persyaratan, termasuk pendekatan dengan warga desa Liang, Waai, Tulehu dan Kailolo sehingga berperanserta dalam menyuksekan pengembangan wisata di pulau Pombo," katanya.
Informasi yang dihimpun ANTARA, seorang investor dari Jakarta berminat mengembangkan pulau Pombo menjadi daerah tujuan wisata.
Tim dari investor tersebut sedang melakukan sosialisasi kepada masyarakat di desa Liang, Waai, Tulehu dan Kailolo.
Investor memrogramkan pembangunan cotage dengan tetap memelihara kelestarian cagar alam, mengembangkan paket wisata alam maupun bahari serta bersedia menunjang upaya pelestarian budaya masyarakat setempat.
Pulau Pombo yang merupakan kawasan konservasi juga merupakan tempat singgah dan bersarang salah satu jenis burung khas/endemik Maluku yaitu burung Pombo (Ducula bicolor) dan berbagai jenis burung lainnya.
Sejenis Burung Kuntul sering tampak singgah dan mencari makan di sekitar pulau pombo. selain itu juga pulau Pombo merupakan tempat singgah burung migran dan berbagai jenis burung lainnya.
Selain itu di pulau Pombo juga pernah ditemukan tempat mendarat penyu yang diduga jenis Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata) dan Penyu Hijau.
Terkadang, pada waktu tertentu, pulau itu juga menjadi tempat singgah burung migran termasuk Pelikan Australia.
Subscribe to:
Posts (Atom)