Dana senilai Rp17,51 triliun dibutuhkan untuk mengelola potensi sumber daya hayati laut Maluku periode 2001 - 2016, untuk program pengembangan perikanan tangkap, budidaya, pengolahan, pascapanen, konservasi sumber daya serta riset dan teknologi.
Anggaran tersebut dialokasikan untuk program pengembangan perikanan tangkap senilai Rp5,43 miliar meliputi pengembangan 12 pelabuhan, armada penangkapan, sarana pengawasan dan sentra minapolitan bidang tangkap di pelabuhan, kata Kadis Kelautan dan Perikanan setempat Bastian Mainasssy di Ambon, Selasa.
Selain itu untuk pengembangan budidaya dibutuhkan dana Rp4,49 triliun antara lain untuk membangun balai budidaya, sarana dan prasarana budidaya ikan maupun rumput laut serta minapolitan budidaya di kabupaten/ kota.
Program pacapanen membutuhkan Rp2,56 triliun untuk pembangunan pabrik, pengolahan rumput laut, sarana dan prasarana pengolahan serta gudang pendingin.
Pengembangan konservasi sumber daya ikan membutuhkan Rp2,41 triliun bagi pembangunan prasarana dasar pulau - pulau kecil, pengembangan riset kelautan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sementara Rp2,61 triliun lainnya untuk program riset dan teknologi guna melakukan penelitian penangkapan maupun budidaya, potensi perikanan, pengolahan hasil perikanan serta pulau - pulau kecil dan pesisir.
Ia juga mengatakan, kebutuhan anggaran tersebut sudah disampaikan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan harapan ditampung dalam APBN maupun melibatkan peranserta BUMN/ swasta.
"Kami memiliki potensi lestari ikan sekitar 1,64 juta ton per tahun atau 26,3 persen dari nasional dan baru dimanfaatkan 300 - 500 ton per tahun," ujarnya.
Apalagi potensi ikan ini didukung juga dengan areal budidaya laut seluas 495.300 hektare, budiaya air tawar 36.251 hektare dan budidaya air payau 191.150 hektare.
Maluku memiliki laut seluas 658.294,69 km2 atau 92,4 persen dari wilayah 712.479,65 km2 dengan tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP).
No comments:
Post a Comment