SUNGGUH luar biasa keajaiban yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Aru di Maluku. Orang-orang Eropa sejak abad ke-18 sudah menyambangi tempat itu. Bahkan, keanekaragaman flora dan faunanya mengilhami seorang biolog, Alfred Russel Wallace, menulis karya The Malay Archipelago (1932). Jejak persinggahan orang-orang Eropa ini masih bisa dijumpai di sana. Misalnya peninggalan berupa benteng Kota Lama di Pulau Wokam. Benteng itu masih menyisakan bekas-bekas bangunan, meski beberapa bagiannya sudah retak dan roboh. "Ini benteng Portugis, yang menjadi bukti peninggalan sejarah ketika zaman perjuangan kemerdekaan dahulu," jelas Destha T Raharjana.
Destha menjadi salah satu anggota tim ekspedisi Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM ke Kepulauan Aru. Anggota tim lainnya, Wijaya Ladampa dan Kurnia. Pada beberapa bagian lain, mereka mendapati beberapa bukti peninggalan bangunan yang memiliki fungsi pada masa itu. Seperti fungsi sebagai gudang, dapur, atau tempat istirahat.
Daerah Aru ini, kata Destha, juga dikenal sebagai daerah penghasil dolar berkat kekayaan alamnya. Destha dan kawan-kawan juga tertarik pada Pulau Kenari. "Ini merupakan salah satu daerah di Kepulauan Aru yang menjadi tempat pembudidayaan mutiara," katanya. Di pulau ini Nusantara Pearl merupakan tempat pembudidayaan mutiara dalam skala besar yang dipasarkan ke mancanegara. "Melihat secara dekat siput-siput mutiara yang dibudidayakan dan diproses di sana, sangat menarik bagi wisatawan," ucap Destha.
Alquran Tua
Kampung Waifual di Pulau Kola, sebuah tempat menarik lainnya. "Inilah kampung tua, yang diyakini sebagai salah satu cikal bakal terbentuknya daerah Kabupaten Kepulauan Aru secara keseluruhan," kata Destha. Salah satu bukti peninggalan sejarah yang terdapat di daerah ini adalah Alquran tua. Namun sayangnya barang itu tak bisa dilihat secara langsung. "Kampung Waifual merupakan objek wisata budaya dan sejarah yang menarik dikunjungi," simpul Destha. Lain halnya kalau berkunjung ke Kampung Ujir di Pulau Ujir, yang juga dikenal sebagai kampung Islam tertua di Kepulauan Aru. Di pulau itulah Islam masuk pertama kali dan terdapat Kitab Alquran tua yang berumur puluhan abad. Bukti peninggalan itu bisa dilihat di kediaman pemuka agama setempat.
Dari Kampung Waifual, perjalanan bisa dilanjutkan ke Kampung Langhalau. Di sini juga terdapat banyak peninggalan sejarah, berupa tempat sirih asli berbentuk guci yang terbuat dari keramik. Benda-benda sejarah ini belum disimpan dan dirawat secara layak. Tim ekspedisi dari Puspar UGM ini lalu mengusulkan perlunya perhatian terhadap benda peninggalan sejarah itu.
Selain itu, di kampung ini juga terdapat batu layar serta peti dan kubur yang sudah berwujud batu. Menurut ceritanya, tempat ini konon terbentuk dari mitos yang berkembang. Sebelumnya, tempat ini sangat sakral, sehingga tidak banyak orang datang mengunjunginya. Tapi sekarang ini tempat tersebut sudah diupayakan untuk bisa dikunjungi orang-orang sekaligus melihat keindahan dan keaslian alamnya.
"Di Pulau Leting, terdapat budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian masyarakat. Tapi mereka terkendala pemasarannya," kata Destha lagi. Ada lagi Kampung Kolamar yang bersejarah dan terdapat peninggalan berupa guci dan piring berusia ratusan tahun. Pada umumnya guci-guci tua itu dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan benda perhiasan pada zaman dahulu. Lalu Pulau Toba yang indah. "Orang bisa memancing, berperahu, berenang, sambil melihat keindahannya," kata Destha dan anggota tim ekspedisi lainnya.
Bagi mereka, menjelajahi pulau-pulau dan kampung-kampung yang ada di Kepulauan Aru, bagaikan mengunjungi negeri ajaib bagi dunia pariwisata. Ada Pulau Warialau, Pulau Wasir, Pulau Ujir, yang belum banyak diketahui orang. "Kalau kita datang ke Kepulauan Aru, kita bisa mendapatkan sejuta cerita dan pengalaman berharga," ujar Destha, diiyakan rekannya.
No comments:
Post a Comment