Aku melangkahkan kaki di kota kecil itu, orang-orang di dalamnya memamerkan ekspresi beragam, mungkin karena semakin banyak pendatang ingin mengadu nasib di tempat ini.
Berbagai macam hasil laut memang menggiurkan, Dobo kota kecil yang pernah ku injak, untuk sekedar mengabdi dan ,mencoba merasakan hidup yang sangat jauh dari hiruk-pikuk.
Sebagai kabupaten pemekaran dari Maluku Tenggara, Kepulauan Aru adalah pulau kecil, di atas peta kelihatan seperti miniatur belah ketupat, di sana kelihatan guratan-guratan selat-selat yang menghubungkan laut dan sungai-sungai, yang semuanya menyimpan berbagai macam kekayaan laut, seperti mutiara, kepiting, telur ikan, sirip hiu, berbagai jenis siput, budidaya agar-agar dan sebagaianya.
Sebagai pulau kecil dari hamparan desa-desa yang mengitari dobo, desa-desa itu tampil dengan potensi wisata yang beragam. Yang terindah adalah batu goyang, karena kita akan diperlihatkan keindhan laut, pantai dan burung-burung berbagai jenis terbang rendah, terutama pada jelang sore hari.
Nelayan batu goyang sangat pemberani, konon pada musim angin barat, dimana ombak laut mencapai 3 hingga 4 meter, para nelayan itu masih tetap berani melaut.
Ketika di tempat ini ada mutiara yang terpendam, maka anda dapat saja berkunjung dan menemui beberapa orang, untuk sekedar melihat keindahan mutiara yang di ikat dengan emas, kalung, liontin,gelang, cincin dan tasbih.
Tentu saja dengan harga agak miring, karena mereka menjual dekat dari sumber pertama penjualan.
Sewaktu aku di sana, kontras terlihat perbedaan aktivitas antara para penduduk asli aru dan para pendatang, mereka para pendatang akan sibuk sebagai pegawai negeri, pedagang dan pengusaha.
Sementara para penduduk asli, tetap sebagai nelayan, petani, dan sebagian menduduki jabatan sebagai putra daerah yang berkuasa. Maka seimbanglah kehidupan mereka.
Sebagai tenaga kesehatan, miris melihat kehidupan mereka. Upaya pelayanan kesehatan terkendala banyak hal, terutama problem komunikasi dan habit masyarakat. Mereka cenderung menganggap beberapa penyakit yang terjangkit di sebabkan oleh jin dan mitos kekuatan adat. Di ganggu sama nenek moyangnya.
Hidup dengan berdekatan, dan tergantung dari alam bolah jadi sebagai penyebabnya, seperti beberapa daerah di kalimantan dan di tempat terpencil lainya, di sini pendidikan belum mencerahkan mereka.
Ritual-ritual turun berlayar sebagai nelayan di rayakan dengan pesta adat, semikian juga ketika panen telah tiba, mereka merayakan dengan kegiatan yang sama, pesta adat.
Kepala adat akan memimpin ritual, komat-kamit dengan bahasa yang tak kita mengerti, mengucapkan ras syukurnya karena telah berhasil menghadapi ‘bulan mencari’ atau bulan mencari nafkah.
Mereka mencari tergantung dari keadaan alam, yang secara umum terbagi 2 yaitu musim barat dan musim timur, bagi desa-desa yang tinggal di pesisir timur mereka menganggap musim barat sebagai bulan mencari, demikian sebaliknya. Yang semuanya disebabkan oleh kondisi alam yang harus bersahabat, tanpa kendala ombak yang tinggi.
Menyelam ke dasar laut adalah pekerjaan para nelayan yang terampil, mereka menyelam mencari mutiara, taripang, dan hasil laut lainya. Taripang adalah target utama para nelayan ini, meski mereka akan mengambil apa saja yang berharga di bawah laut sana.
Dobo ibukota kabupaten, kita dapat mengitari kota kecil ini kira-kira selama 1 jam hanya dengan berjalan kecil, kota yang sangat kecil. Karena dobo adalah ibukota kabupaten maka di sinilah denyut ekonomi berjalan, pasar dan pusat transaksi hasil bumi berlangsung.
Para nelayan dan penduduk desa biasanya akan ke kota setelah panen, menjual barang temuanya di laut, dan membeli bahan pokok, sebagian di antara mereka menghabiskan hasil kerja kerasnya dengan minum alkohol dan tak sedikit yang tergolek lemas di sana, di lokalisasi psk yang disediakan pemda.
potensi wisata daerah ini terabaikan, padahal beberapa kawan saya pernah memamerkan foto-foto jejak tualangnya di tempat ini, pantai-panatai pasir putih, pulau-pulau yang masih virgin, bersileweran hingga di batas perairan Australia sana.
Bahkan beberapa pulau yang indah, sering didatangi para bule yang masuk ke peraiaran indonesis. Entahlah mereka masuk secara legal atau non legal, saya kurang paham.
Tapi yang pasti di sana ada pemandangan indah, yang tak tersentuh tangan-tangan pemerintah indonesia, ini adalah gambaran bahwa betapa pulau-pulau yang tak bernama dan indah itu rawan untuk diklaim oleh negara tetangga.
Kota kecil ini, menyisakan banyak kenangan, berbaur dengan masyarakat yang masih terbelakang, tidur seperti mereka berselimutkan sunyi, hanya angin yang begitu sejuk setiap hari kami hirup sebagai aroma tanpa polusi, mata kami akan kagum melihat pemandangan itu, terutama pantai-pantainya yang indah.
No comments:
Post a Comment